20 Desember 2008
Khadijah lahir tepat jam 05.00.
Akhirnya kuberi engkau nama Khadijah Khoirunnisa. Nama pasaran ? Gak peduli. panggil dia Khad. Sungguh, panggil dia Khad. Ibumu lebih suka memanggilmu Khadijah Sholehah.
Khad tumbuh menjadi anak yang kuat. Belum genap 3 bulan usianya, dia sudah mampu untuk tengkurap. Sebuah prestasi yang luar biasa dibandingkan dengan kakak-kakaknya.
Menginjak umur 3.5 bulan, engkau mulai punya kegemaran baru, yaitu memegang kepalaku dan belajar ngomong, " oooo..ooooo...ooo !". Matamu memandang tajam kepadaku. Engkau juga suka menirukan kakak-kakakmu yang sedang menangis, "Eeee....eeeee.....eeeee.....!!!!!".
Awal April 2009
Khad mulai terlihat sesak nafas. Nafasnya tersengal-sengal, memburu. Kata dokter, nafas Khad lebih dari 60 / menit (Standart nafas bayi umur 0 sampai 6 bulan ???).
09 April 2009
Khad kami bawa ke RS Awal Bros, tapi ternyata tutup karena sedang Pemilu.
11 April 2009
Khad kami bawa kembali ke RS Awal Bros. Dokter Meita (Dokter Anak) menyarankan untuk rawat inap, tapi kita tolak. Kemudian kita direkomendasikan untuk ke Dokter Iwan (Fisioterapi). Semenjak saat itu Khad harus rawat jalan untuk terapi Nebul (Pengasapan) dan pemanasan dengan Infra Red tiap hari.
14 April 2009
Kami membawa Khad ke RS Awal Bros seperti biasa. Tapi kali ini Khad yang tidak biasa, nafasnya lebih tersengal-sengal. Diagnose dokter, Khad menderita infeksi paru-paru karena aspirasi. Akhirnya malam itu juga Khad harus opname. Khad harus mendapat bantuan oksigen untuk bernafas, dan tentunya infus.
17 April 2009
Kondisi Khad membaik sehingga infusnya dilepas.
18 April 2009
Oksigen boleh dilepas, tapi belum boleh pulang.
20 April 2009 Malam
Kondisi Khad tiba-tiba memburuk, tersengal-sengal kembali sehingga harus dipasang Oksigen dan Infus kembali.
21 April 2009
Kondisi Khad semakin memburuk, tarikan nafasnya hanya kira-kira 20% dari normalnya, sehingga harus dirawat di ruang ICU. Di ruang ini, Khad harus menggunakan Ventilator untuk men-suply 100% oksigen murni langsung ke paru-paru. jadi Khad harus ditidurkan, kata dokternya biar tidak melakukan perlawanan saat di-supply udara dari Ventilator. Tentu saja Khad juga harus menggunakan Infus dan berbagi macam kabel untuk mendeteksi Jantung, Oksigen, Tekanan Darah, Paru-Paru, dll. Model alatnya aku lihat Dash 3000.
23 April 2009
Khad harus transfusi darah. Alhamdulillah darahku cocok, yaitu B+. Segera aku donor 250 CC, diolah untuk diambil sel darah merahnya menjadi 150 CC, dan ditransfusikan ke Khad hanya 75 CC.
25 April 2009
Khad sempat kritis 2 kali, jam 21.00 dan 23.00. Akhirnya setelah masa kritis berlalu, Team dokter (Dokter Meita/Anak, Dokter Iwan/Fisioterapi, Dokter Bram/Anestesi, Dokter Bangsal, Dokter Jantung tidak hadir, Dokter Paru tidak hadir) memanggil kami. Mereka menyatakan telah memberikan usaha maksimal, tapi tidak ada respon dari si anak, dengan kata lain mereka menyatakan menyerah dan tinggal menunggu "keajaiban".
26 April 2009
Khad mendapat imun Gamaras (1.84 Dinar)
27 April 2009
Jam 08.00 Khad kritis lagi. Jam 09.00 kritis lagi. Jam 13.00 kami berdiskusi dengan Team dokter lagi. Jam 14.00 Khad kritis lagi. Kita turun untuk sholat Dhuhur. Jam 14.50 Suster ICU menelpon dan mengatakan Khad kritis lagi.
Kita segera naik. Terlihat jantung Khad lemah sekali, sampai Dokter Bram menekan-nekan dada Khad. Ada Suster yang memompa oksigen, ada juga yang menghisap lendir dari paru-paru. Aku hanya menatapmu dan berdoa.
Jam 15.10 Dokter Bram berkata kepadaku, "Mas, kelihatannya sudah dekat. Coba di adzani aja !". Aku segera memegang kepala Khad, mengumandangkan adzan dengan gemetaran. Kulanjutkan dengan lafazs sahadat, lalu kubisikkan lembut di telinga kanan Khad, "Allah...Allah...Allah...!". Sampai akhirnya kudengar kata-kata, "Anaknya sudah meninggal....!". Kulihat monitor Dash 3000, grafik jantung yang datar. Kuraba Khad, dingin. Kucium pelan. "Inalillahi wa ina ilaihi rojiun".
Khad telah kembali ke Rob nya. Khad, anakku yang telah dengan nyata mengalir darahku padanya, telah meninggal pada tanggal 27 April 2009 tepat pada pukul 15.20.
Pukul 16.45 Khad kami bawa ke rumah sahabat kami di Marina dengan menggunakan taxi biasa. Ibumu yang menggendongmu kala itu. Tanpa menunggu lama, jam 17.30 aku dan ibumu memandikanmu lalu mengkafanimu. Jam 18.00 kami menyolatkanmu. Selepas sholat Maghrib, kami menguburkanmu.
Khadijah Khoirunnisa, keponakan pertamaku yang lahir sebagai perempuan shalehah. Eyang putri mengira namamu Siti Khadijah, ternyata bukan,kapan tante bisa menggendongmu Khad?
BalasHapusIya, akhirnya dia bernama Khadijah Khoirunnisa. Panggil dia Khad, sungguh itu Khad.
BalasHapusinnalillahi wa inaillaihi roji'un
BalasHapussebagai umat yg ruhnya ditiupkan utk beberapa saat d dunia ini..
dan pasti akan kembali ke Rabnya..
selamat jalan keponakan mungilku Khadijah Khoirunnisa,pankuan Sang Rab lbh menyenyakan tidur mu
pak sep dan keluarga
turut berduka cita
tri yulianto
Thks ... !
BalasHapusMas Sept,
BalasHapusSaya terharu dengan ceritanya. Menjadi hikmah buatku untuk lebih menyayangi Rafa, my son.
taufan
Thks
BalasHapus